Belum lama ini, Unity Technologies merilis laporan terbaru mengenai perkembangan pasar game mobile dunia sepanjang tahun 2016. Melalui laporan hasil kerja sama Unity dengan perusahaan analitik SuperData tersebut, didapati bahwa pemasukan industri game mobile global telah mencapai US$40,6 miliar (sekitar Rp541 triliun) pada tahun 2016.
Laporan tersebut menunjukkan peningkatan lima belas persen dari pencapaian tahun sebelumnya yang menyentuh angka US$34,8 miliar (sekitar Rp480 triliun). Kenaikan ini salah satunya disebabkan oleh pertumbuhan angka pendapatan dari platform Android, yang mengalami kenaikan hingga 32 persen dibanding tahun sebelumnya.
Situasi ini juga tak lepas dari semakin seringnya penggunaan perangkat mobile untuk kebutuhan bermain game. Menurut laporan SuperData, rata-rata pengguna smartphone bermain game mobile bermain tiga kali sehari, dengan rata-rata tiap sesi permainan selama sepuluh menit. Game dengan gameplay simpel, singkat, dan mudah diakses lebih sering dimainkan dibandingkan game yang menawarkan permainan kompleks.
Tingkat retensi pemain game mobile yang meningkat disebabkan kemudahan akses bermain game bagi pengguna smartphone kelas menengah hingga low-end. Agar game buatan developer bisa mengalami tingkat retensi tinggi, Unity menyarankan untuk membidik smartphone dengan kapasitas RAM kecil karena sesuai dengan adopsi yang sudah ada.
Lebih dari separuh smartphone di tahun 2016 memiliki RAM kurang dari 2 GB, tren ini diprediksi akan berlanjut terus selama 12 hingga 18 bulan ke depan
Selain itu, SuperData juga menyarankan developer untuk mempertimbangkan bagaimana dampak game buatan mereka terhadap kekuatan daya pemakaian smartphone. Hal ini bisa dilakukan dengan memproduksi game yang tidak terlalu memerlukan pemrosesan grafis berat, sehingga bisa menjadi peluang bagus bagi developer game kecil maupun menengah untuk mencoba peruntungan mereka di industri game mobile.
Pemain game mobile Indonesia semakin konsumtif
Yang menarik, dalam laporan tersebut, SuperData juga mencantumkan statistik penggunaan aplikasi game di Indonesia yang terus mengalami peningkatan signifikan.
Berdasarkan data mereka, saat ini Indonesia merupakan pasar yang begitu potensial bagi para pengiklan di platform mobile, tak terkecuali di wilayah Asia Tenggara saja. Hal tersebut dikarenakan jumlah perbandingan angka pemasangan aplikasi game yang begitu tinggi, hingga tiga kali lipat dari hasil survei di tiga negara lain seperti Amerika Serikat, Meksiko, dan India.
Selain lonjakan dari jumlah pemasangan aplikasi, Indonesia juga mengalami peningkatan dari segi pendapatan per pengguna. Rata-rata pendapatan yang dapat diperoleh dari tiap gamer mobile di Indonesia memiliki angka pertumbuhan mencapai tujuh persen, hampir serupa dengan India.
Menurut SuperData, persentase konsumen game mobile yang membayar di Indonesia hampir lima puluh persen lebih tinggi dibandingkan India, dan cenderung membeli hampir dua kali lipat lebih banyak daripada konsumen normal. Dilihat dari pertumbuhannya, saat ini konsumen game mobile Indonesia memiliki karakteristik yang hampir menyerupai wilayah Jepang, Korea Selatan, dan juga Cina.
Dari gambaran secara umum, sekarang Indonesia memang menjadi negara pasar yang sangat menggiurkan bagi model bisnis aplikasi dan game mobile. Prospek ini tak hanya di platform mobile saja, tetapi juga berlaku bagi industri kreatif secara umum.
Menurut prediksi Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, seperti dikutip dari Detik, nilai pasar game di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat dari tahun ke tahun. Di tahun 2016 lalu, pasar game Indonesia diperkirakan hampir menembus angka US$700 juta (sekitar Rp9,3 triliun). Angka ini kemungkinan bakal semakin besar di penghujung tahun 2017.
Jika kamu tertarik untuk mengetahui lebih banyak informasi seputar hasil survei industri game mobile global yang dirilis oleh Unity Technologies, kamu bisa mengaksesnya melalui tautan di bawah ini.
(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar