Rabu, 31 Januari 2018

Apakah kemiripan DNA manusia dan simpanse merupakan bukti evolusi?

https: img.okeinfo.net content 2011 10 27 56 521106 kHMkDdKIxb.jpg

Jawaban: 
Dalam beberapa tahun terakhir ini, pemetaan genom mampu memberikan perbandingan yang terperinci antara DNA manusia dan simpanse. Banyak yang menyatakan bahwa manusia dan simpanse mempunyai kemiripan DNA hingga lebih dari 98 persen. Hal ini sering dijadikan sebagai bukti yang pasti kalau simpanse dan manusia berasal dari sumber yang sama. Apakah argumen ini dapat dipegang? Apakah ini benar-benar sebuah fakta yang membuktikan kalau nenek moyang manusia dan simpanse itu sama? 

Persentase ini ternyata menyesatkan. Ketika data ini diperiksa lebih teliti, perbandingan genom manusia dan simpanse ternyata bertentangan dengan apa yang telah dikemukakan para pakar evolusi. Pada kenyataannya, perbedaan genetik antara manusia dan simpanse bisa jadi lebih besar dari 2 persen. Studi ilmiah terbaru menyatakan kalau perbedaan genetik yang sebenarnya antara manusia dan simpanse mendekati angka 5 persen. Dengan demikian, pernyataan mengenai adanya "kesamaan genetik lebih dari 98 persen" agaknya terlalu berlebihan.

Perbedaan antara urutan DNA manusia dan simpanse tidak terdistribusi secara acak di seluruh genom. Sebaliknya, perbedaan ini hanya ditemukan di dalam “cluster” atau rangkaian. Sebenarnya, pada lokasi-lokasi tersebut, genom simpanse mirip dengan primata lainnya. Genom manusialah yang lebih menonjol dari yang lain. Para ilmuwan sering menyebut "cluster" ini sebagai human accelerated regions (HAR) karena genom manusia, menurut mereka, berbagi nenek moyang yang sama dengan simpanse. 

HAR ini berlokasi di segmen DNA yang tidak melakukan kode untuk gen. Tapi, teori ini mengharuskan kita untuk percaya bahwa evolusi secara acak menyebabkan terjadinya perubahan yang begitu cepat di lokasi-lokasi di dalam DNA di mana perubahan tersebut membuat perbedaan penting dalam fungsi suatu organisme, yang pada akhirnya diperlukan untuk menciptakan manusia.

Spekulasi acak yang dibuat-buat untuk dijadikan dasar bagi sebuah dongeng yang luar biasa. Tapi, dongeng ini akan semakin rumit. Beberapa HAR ditemukan di dalam segmen DNA yang melakukan kode untuk gen. Di bagian inilah memunculkan banyak keraguan. Evolusi memprediksi kalau manusia berevolusi dari nenek moyang simpanse-manusia melalui seleksi alam yang bekerja dengan variasi peluang yang disebabkan oleh mutasi. Namun, penelitian terbaru mengungkapkan sebaliknya. 

HAR yang ditemukan pada gen yang meng-coding protein menunjukkan bukti bahwa bukan yang bermutasi yang dipilih dalam pandangan fenotipe yang menguntungkan mereka, melainkan sebaliknya. Perubahan genetik menunjukkan bukti bahwa mereka, dalam kenyataannya, berbahaya. Mereka bertahan di dalam populasi bukan karena mereka memiliki beberapa keuntungan fisiologis, namun karena mereka berbahaya. Hasil tersebut tidak begitu masuk akal dalam kerangka berpikir evolusi.

Jelas, HAR menunjukkan tren di mana perbedaan yang diamati dalam DNA manusia (dibandingkan dengan spesies yang sama) biasanya meningkatkan kandungan G-C pada wilayah tertentu dari untaian DNA. Evolusi memprediksi bahwa kandungan G-C dari gen yang utama harus tetap relatif konstan, karena seleksi alam memilih mutasi DNA yang meningkatkan protein. Jadi, jika teori evolusi itu benar, kita seharusnya tidak mengharapkan adanya kecenderungan yang konsisten terhadap peningkatan kandungan G-C.

HAR ini tidak selalu terbatas untuk bagian gen yang meng-coding protein, tetapi sering melampaui batas hingga ke untaian yang berada di samping. Hal ini semakin menunjukkan bahwa perbedaan-perbedaan yang diamati dalam DNA manusia, pada kenyataannya, bukan konsekuensi dari seleksi alam yang meningkatkan protein yang mengkodekan gen. HAR cenderung berkelompok di satu bagian gen, di dalam dan di sekitar ekson tunggal (dan berlawanan dengan seluruh gen). Mereka cenderung berkorelasi dengan rekombinasi laki-laki (tapi bukan perempuan). Pengamatan tersebut tidak masuk akal bagi teori evolusi.

Kesimpulannya, semirip apapun kesamaan genetik antara simpanse dan manusia, semuanya itu tidak dapat membuktikan teori evolusi. Faktor desain juga mampu untuk menjelaskan hal ini. Desainer seringkali membuat produk yang berbeda dengan memanfaatkan bagian-bagian, bahan dan susunan yang sama. Persentase yang sama juga terdapat pada area DNA kita yang menghasilkan protein. Lebih masuk akal untuk menyimpulkan jika Sang Desainer alam semesta ini telah menggunakan protein yang sama untuk menampilkan fungsi yang sama dalam berbagai organisme.
sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar